Kisah Satu Keluarga Penderita HIV/AIDS - Giliran Putra Ketiga Dijemput Maut
Tanggal: Wednesday, 05 August 2009
Topik: HIV/AIDS
Harian Global, 03 Agustus 2009
Written by Yuni
"Bangun anakku, bangun... bangun!”teriak Sri (bukan nama sebenarnya) sambil menangis, begitu mendapati buah hati ketiganya terdiam kaku tidak bernyawa di Ruang Anak RSUD dr Pirngadi Medan, Sabtu (1/8) tepat pukul 06.20 WIB.
Bagai mimpi buruk. Sri melihat Jh yang masih berumur 2 tahun 11 bulan tiba-tiba diam di pangkuannya. Keganjilan itu sempat tidak ia terima. Berulang kali tubuh mungil yang terasa dingin itu ia gerak-gerakkan demi memastikan.
Tapi lima menit lebih ia berusaha membangunkan Jh, tanpa hasil. Hingga akhirnya lama setelah berlalu, datang seorang perawat yang mendengar suara tangisan Sri untuk memeriksa. Hingga kabar tidak enak itu datang mengatakan kalau anaknya sudah tidak bernyawa.
Sontak, Sri histeris sembari memeluk erat tubuh dingin Jh yang diam tidak ingin ia lepas walau sekadar diletakkan di atas tempat tidur pasien. "Saat itu aku ingin terus menggendongnya hingga sampai rumah," kenangnya saat Global mendatangi rumah duka di Jalan Jermal Raya Simpang Sei Mati Medan Labuhan, Minggu (2/8).
Sebelum kepergian Jh untuk selama-lamanya, Sri bercerita, puteranya itu sempat mengalami sesak napas pada Jumat (31/7) sekitar pukul 15.05 WIB. Syukurnya, dokter cepat mengambil penanganan dengan memasang alat bantu napas oksigen.
Tapi, alat yang terpasang di hidung Jh, ternyata membuatnya tidak kerasan, dan lepas. Sri pun langsung meminta perawat untuk memasang lagi. Hanya saja tidak terpasang kembali hingga pukul 02.00 dini hari, Jh kembali mengalami keanehan. "Nggak tau kenapa dia, tiba-tiba saja jam dua pagi terbangun dan matanya terus melihat ke atas. Kucoba panggil perawat, tapi tidak ada satupun yang datang," ungkapnya.
Hingga pukul 03.00 dini hari, ternyata kondisi Jh kian parah. Ia mengalami batuk disertai sesak napas hingga terdengar tiap kali tarikan napasnya. Lantas perawatpun langsung datang untuk memasang alat bantu napas ke hidung Jh.
"Dipasang oksigen hidungnya. Saat itu agak lumayan memang keadaannya dan bisa tidur," terangnya.
Dan di pukul 05. 07 WIB, Jh terbangun meminta minum ke Sri dengan isyarat mengelus-elus dagu ibunya. Tapi, perawat tidak mengijinkan bila diberikan minum. Walau Jh terus meraung meminta karena haus, "Nggak diperbolehkan dikasi minum anakku, katanya puasa. Ya nurut sajalah," katanya.
Tragisnya, tepat pukul 06.20 WIB, di atas pangkuan Sri, tiba-tiba Jh diam tanpa nyawa. "Kurasakan tubuhnya dingin, dan diam. Aku berteriak minta tolong tapi nggak ada satupun yang datang cepat melihat anakku, dan terus menggoyang-goyang badannya, tapi juga tidak bangun ia," ungkapnya menangis.
"Kali ini giliran Jh, tinggal aku dan anakku satu-satunya Hs yang masih berumur 3 tahun 11 bulan. Dan sudah dua anakku yang meninggal. Aku nggak mau kehilangan anak untuk ke tiga kalinya. Walau tentu semuanya akan meninggal menunggu giliran," tandasnya kembali.
Sri adalah wanita janda anak tiga penderita AIDS. Sang suami lebih dulu meninggal disusul anak pertama dan ketiganya Jh. Sri dan dua anaknya tersebut dirawat di RS Pirngadi Medan sejak 15 Juni lalu. Selama perawatan, obat Anti Retro Viral (ARV) masih dikonsumsi Sri dan Hs. Sedangkan Jh, hingga satu bulan lebih dirawat di rumah sakit, tidak diketahui alasannya belum juga diberikan konsumsi ARV hingga meninggal.
Sumber: Harian Global
0 komentar:
Posting Komentar